Kenikmatan Memek Bibiku

Bokep JepangFebruary 13, 2020
VIP579SLOT258SLOT161FASTBET99STARBET99HOKIBET99NEXIABET

Cerita Sex ini berjudul ”Kenikmatan Memek Bibiku” Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.

Perkenalkan terlebih dahulu, namaku Adi. Kini usiaku 25 tahun, dan di usiaku ini aku mendapatkan pengalaman yang entah aku harus senang atau sedih. Selamah hidupku, aku tak pernah melakukan hal-hal yang aneh, terutama dalam soal sex.

Pengalaman seksualku hanya sebatas ciuman dengan pacar, saling raba, atau memainkan memek pacarku. Tak pernah lebih jauh dari itu, dan itupun cuma sesekali ketika ada kesempatan. Hal itu juga sudah sangat lama, itu terjadi ketika aku masih kuliah, dan sekarang aku sudah bekerja dan lalu berhenti melanjutkan kuliah strata dua.

Aku cukup dekat dengan pamanku, tidak Cuma karena pamanku adik ibuku, namun ia sangat baik padaku. Aku sering bermain di rumahnya, dan pamanku suka membelikanku makanan atau sepatu untukku. Istrinya, ia bibiku, juga sama baiknya padaku, aku juga cukup dekat dengannya pada akhirnya, ia suka memasakkanku makanan jika aku sedang dirumahnya.

Kedekatanku dengan paman dan bibiku, seperti keluarga sewajarnya, aku tak pernah berfikir apapun. Mereka sayang padaku, aku juga sebaliknya. Namun, aku pernah melakukan kesalahan, tapi saat itu aku masih kelas satu SMP. Ketika mereka sedang tidak ada di rumah, anak perempuannya dititipkan padaku. Aku mengasuhnya, karena ketika itu anaknya masih berumur 5 tahun.

Namun, saat itu kepenasaran remajaku sangat besar, ketika bermain dengan adik sepupuku ini, dengan penasaran aku mengilik-ngilik dan memainkan memek dia. Cuma penasaran saja bagaimana bentuknya, aku memelorotkan dan memegang-megang memek anak pamanku ini, dan setelah aku puas aku berhenti.

Setelah kejadian itu, aku sempat takut, anak pamanku ini bercerita pada ibu bapaknya. Aku sempat tak mau ke rumah pamanku, takut sekali. Untunglah hal itu tidak terjadi, paman dan bibiku bersikap biasa saja padaku. Tapi aku tak pernah mengulanginya lagi. Memainkan memek, hanya aku lakukan pada pacarku saat aku berkuliah, tak ada yang lain. Aku sempat berfikir untuk ngentotin pacarku, memasukkan kontolku ke memeknya.

Aku yakin pacarku juga tak keberatan, tapi aku tak pernah lakukan. Aku menyayangi dia, nafsuku hanya sebatas berani memainkan, menciumi saja memek pacarku dan tak kulakukan lebih. Ya, sampai saat aku putus dengannya pun aku masih perjaka, dia masih perawan. Saat aku putus dengan dia, aku sedikit frustasi, sedih, namun bibiku lah yang menenangkanku, dia memelukku dan aku memeluknya, dan tak ada perasaan apapun meski wajahku tenggelam di payudaranya yang empuk.

Saat aku hampir menyelesaikan skripsiku, aku begitu terpukul. Pamanku, yang aku sayangi meninggal dunia. Aku begitu sedih dengan kepergiannya, karena dia juga mengasuhku dari kecil hingga besar. Bibiku, tak kurang sedih sepertiku, tapi ia adalah wanita tegar.

Umurnya sudah lebih dari 35 tahun hampir kepala empat, wajah cantik bibiku ini untuk pertama kalinya kulihat begitu kalut, namun tetap tegar. Aku malah yang tak bisa menahan, menangis seharian. Akhirnya bibiku kini menjanda, namun masih berada di rumahnya yang dulu.

Ia tak memutuskan untuk menikah lagi, namun berkomitmen untuk membesarkan anak-anaknya seorang diri. Akupun merasa bertanggung jawab atas anaknya, saat aku bekerja, gajiku aku sisihkan untuk memberi seperak dua perak untuk anak-anak pamanku. Hubunganku dengan bibiku yang menjanda, biasa saja, aku suka berkunjung dan tak ada yang lebih.

Tak lebih dari setahun setelah aku lulus, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi. Aku diterima berkuliah di kota lain, ratusan kilometer dari kampung halamanku. Aku tinggal sendiri di kos-kosan murah dekat kampus. Kota ini memang kota pariwisata, jadi tidak terlalu sepi, dan banyak tempat berwisata. Aku cukup nyaman hidup dikota ini.

Aku sering memajang foto-foto spot menarik di kota ini di Instagram. Sampai suatu malam, notifikasiku berbunyi. Di komentar IG-ku, bibiku berkomentar dan tertarik untuk berwisata ke tempatku. Aku membalas dengan ajakan datang ke kotaku, aku Cuma bercanda, tapi dianggap serius.

Paginya, BBM ku berisi banyak notifikasi chat dari bibiku. Intinya ia tertarik ke tempatku sambil refreshing katanya, karena ia bosan ingin jalan-jalan. Akhirnya aku memintanya untuk datang, aku tawarkan menginap dikosanku saja, toh aku berfikir ga ada masalah.

Aku beritahukan bagaimana jalur untuk datang ke tempatku. Aku bertanya kabar, bertanya bagaimana anak-anak, dan ngalor ngidul sampai bibiku curhat tentang kehidupannya tanpa pamanku.

Sembari bercanda, karena saking dekatnya, aku mulai memancing-mancing kehidupan seksualnya. Tak ada maksud apa-apa, hanya bercanda. Tapi bibiku menceritakan banyak: “hehe, ya bibi mah sekarang main sendiri aja atuh, da paman kan udah ga ada..” kata bibiku. “Haha..emang bisa sendiri gitu?,” aku pura-pura bloon. “ya bisa lah, bibi kan superwomen,” selorohnya. “Nikah lagi atuh bi, biar ada yang nemenin bobo, trus ga maen sendiri,” jawabku. “ah, bibi nggak minat.. kadang bibi juga pengen sih, udah lama banget, tapi untuk nikah lagi, berat..” katanya.

Obrolan kami sedikit demi sedikit mulai agak vulgar, meskipun saling bercanda. “Lubang bibi mah, udah longgar tau, dan kering mereun karena ga dipake,” jawabnya saat kubilang bibi pasti masih diminati laki-laki.

Aku sempet terbelalak, kujawab “ya kan, tetep aja lobang mah enak dipake udah longgar juga.. tergantung ukuran,” kataku sambil kuberi emotikon melet lidah. “hahha..huss ah,, kaya yang udah nyobain aja, kamu suka gitu yah? Awas dikasih tau mama loh,” jawab dia.

Aku langsung menyangkal dan jangan sampe mama tau, “Ih enggak pernah sumpah, punya perempuan kaya gimana pun aku gak tau,” katanya. “Ah bohong, masa sih, mau lihat?” jawaban bibiku membuatku kaget, dan malah aku penasaran. “Boleh bi, liat atuh..hehe” aku menjawabnya sambil deg-degan dan takut, sempet nyesel juga. Chatku Cuma di read, semenit..dua menit, tak ada jawaban.. aku bukan kepalang takutnya.

Aku lalu chat dia, minta maaf beberapa kali, dan bilang aku hanya bercanda. Aku sempet sangat menyesal, sampai akhirnya hp ku bergetar, dan saat kubuka jederr! Kulihat di hp ku, terpampang foto memek kiriman bibiku. OH MY GOD! Memeknya sudah sedikit menghitam, namun masih mulus kurasa, jembutnya agak lebat, dan belahannya kelihatan cukup basah. “Segitu aja yah, bibi susah motoinnya, simpen baik-baik, jangan dikasih liat orang memek bibi..hehe” chatnya padaku.

Ohh..aku kaget campur senang bisa melihat memek bibiku ini. Ia cantik, masih montok, memeknya indah, meski sudah berumur, siapapun pasti naksir padanya. Aku beruntung jadi orang kedua yang bisa melihat memeknya.

“Memeknya bibi masih indah loh, pasti masih enak, ga akan ada yang nyesel nikah sm bibi,” jawabku. DIa hanya chat ketawa, “Masa sih.. dasar ah..” katanya singkat. Aku tak menyangka bibiku bisa melakukan ini. “Duh, bi, adi bisa-bisa ga tidur nyenyak nih… hehe..” kataku bercanda. “Hhaa,,hayo mau ngapain sama memek bibi.. eh..foto memek, awas belepotan loh..hihi..” jawabannya membuatku kaget, dia seolah tau apa yang akan kulakukan. “Hehe..nggak lah bii.. ” jawabku. “Halah, bohong, paling ntar malam liatin punya bibi sambill…. Ah udah yuk tidur.. kamu jangan lama-lama..” katanya. “sambil apa? Apa yang lama-lama?” tanyaku pura-pura. “Hahah.. udah.. yuk bobo, bibi mah ngantuk” jawab dia, dan chatku tak ia jawab lagi maupun read lagi. Aku hanya balas, “iyah bi, met bobo, makasih” tak lupa kutambahkan ikon nyengir.

Besok paginya, semua berjalan seperti biasa. Aku dan bibi, saling chat lagi dan ia biasa saja seolah percakapan tadi malam tak pernah ada. Akupun biasa saja, dan tidak berusaha memancing-mancing lagi. Kami hanya berbicara soal rencana dia untuk datang ke kotaku. Dia terlihat antusias, dan katanya anaknya pasti senang.

Sampai pada waktunya, aku dapat telpon bibiku menyuruhku menjemputnya di stasiun. Akupun segera pergi menjemputnya. Tak disangka, ternyata bibiku sendirian, anaknya tak jadi dibawa karena katanya sedang ada acara disekolahnya, anaknya yang menyarankan untuk pergi sendirian.

Aku tak berfikir apapun, Cuma sayang anaknya tak ikut, karena akupun kangen juga pada sepupuku itu. Bibiku, terlihat cantik saat kutemui, meski terlihat agak lelah karena perjalanan, wajahnya masih sangat anggun. Baju gamis dan jilbabnya sederhana, cukup tertutup dan anggun juga cantik.

Aku tak berfikir apapun, karena ia tertutup, dari dulu juga begitu, meskipun baru beberapa hari kemarin aku berhasil lihat memeknya secara tidak langsung dari foto hp. Aku langsung tawari dia apakah mau beristirahat dulu atau jalan-jalan. “Hayu ah jalan-jalan dulu, ntar udah puas jalan-jalan ke kosan, tapi bibi lapar mau makan dulu yah..” katanya padaku.

Aku langsung mengiyakan pada janda cantik pamanku ini. Aku ajak dia berkeliling kota dan ke tempat-tempat wisata lainnya. Dia kelihatan cukup senang, baru setelah matahari terbenam, ia mengajakku pulang atau ke kosanku. Aku pacu sepeda motorku, menuju kekosanku.

Di kosan, aku langsung mempersilakan bibiku masuk. Aku perkenalkan pada temanku bibiku ini sebagai ibuku. Biar mereka tak curiga, karena bibiku mau menginap disini sendirian. Berdua denganku tentunya. Bibiku cukup akomodatif, dia juga memperkenalkan diri sebagai ibuku. Kamipun masuk ke kosan. Aku persilahkan untuk dia beristirahat, aku bilang nanti bibi tidur di Kasur, aku gak apa-apa di lantai, toh ada karpet juga.

Kami ngobrol ngalor ngidul, tentang wisata seharian tadi, katanya cukup senang dan ia mengaku sudah lama tidak jalan-jalan. Jam 7 malam, akupun pamit ke bibiku untuk mandi. Selesai mandi, giliran bibiku langsung ikut mandi juga, jadi aku bisa ganti baju sendirian.

Tak lama kemudian, bibiku keluar kamar mandi, lupa tak bawa handuk, bibiku malah pake gamisnya keluar kamar mandi, jilbabnya juga masih dipakai, tapi jadi basah tentunya. Aku yang lagi otak-atik leptop, melihat tertegun oh betapa cantiknya bibiku ini saat habis mandi, walaupun masih tertutup.

Aku mengerti sebenarnya aku harus keluar, tapi belum juga aku berdiri, bibiku sudah menggangkat gamisnya dan membuka seluruh bajunya kecuali celana dalam. Dorrr! Pertamakalinya aku lihat bibiku telanjang! Ah, bodinya sangat mulus sekali! Putih bersih, terlihat sangat apik merawat diri.

Cuma isi celananya saja yang tak aku lihat, karena masih dipakai, susunya berdiri menantang tak kelihatan bergelayut seperti wanita tua, sungguh masih kencang.

Ia cuek saja saat hampir telanjang dan mencari-cari baju ganti, ia malah mengajakku ngobrol “disini udaranya panas yah, padahal baru mandi, udah gerah lagi,” ucapnya lempeng. Aku hanya melongo lihat bibiku telanjang dengan bebasnya di kamarku, dan ini berdua! “eeehh..eehh..ii..iiya bi,, disini panas..hehe..” jawabku terbata-bata sambil aku melempar muka mencoba untuk tidak melihat bibiku telanjang. Tapi sedikit-sedikit aku liat juga bagaimana dia mulai pakai bra nya yang baru, aku hanya melongo. “Kenapa melongo gitu? Haha.. liat aja gapapa, kan kemarin juga udah lihat..langsung daerah rahasianya lagi..” katanya mengejekku. Aku Cuma bisa nyengir, sambil menahan kontolku untuk tidak kelihatan menyembul. “Kenapa mau liat lagi yang kemarin? Nih! Hhihi..” ia memeperlihatkan memeknya padaku untuk kedua kali! Yampun aku langsung menelan ludah. Meskipun sangat cepat, dan bibiku menutup memeknya lagi dengan celana, cukup membuatku hampir pingsan. Bibi cantik, seksi, montok, memperlihatkan memeknya langsung padaku. OH MY GOD!

Sambil terus berbicara padaku, akhirnya dia selesai berpakaian lengkap, lengkap dengan jilbab simpelnya, yang langsung dimasukan ke kepala. Aku hanya diam berdebar-debar berpura-pura memainkan laptopku. Kontolku bukan main berontaknya. Tapi aku menahan diri untuk tidak melakukan apapun. Bibiku ini pandai mencairkan suasana. Dia mengajakku ngobrol seolah tak terjadi apa-apa, dan akupun jadi ikutan cair, dan ikut tertawa dengan candaannya. Aku malah jadi lupa apa yang terjadi tadi. Setelah puas ngobrol-ngobrol, bibiku berbaring di Kasur. Aku membelakanginya dan memainkan laptopku. Suasana jadi hening, aku menoleh, ah bibiku sudah tidur sepertinya, aku lihat wajahnya begitu ceria, mulus putih dan sangat cantik. Aku berusaha menahan diri. AKhirnya, aku putuskan untuk ikut tidur juga.

Cerita Lainnya:  Nafsu Pertama Gadis Di Bawah Umur

Aku berbaring, dengan kepalaku berbantalkan pinggir Kasur yang ditiduri bibiku. Kasurku memang menghampar dilantai, tidak pakai ranjang. Aku tiduran, dan kepalaku di dekat lutut bibiku. Aku sungguh deg-degan, pikiranku berkecamuk, aku sungguh nafsu, tapi takut ketika ingat ini bibiku. Setelah banyak pertimbangan, otak kotorku mendominasi. Aku fikir, bibiku juga sudah tidur dari tadi, aku juga Cuma ingin meraba saja. Dengan tak mengubah posisiku, perlahan, tanganku aku arahkan keatas kepalaku, menuju selangkangan bibiku yang tidur menyamping. Aku sudah fikirkan, aku dengan posisi ini biar aku bisa pura-pura Cuma gerakan tidur saja kalau bibiku bangun.

Perlahan aku pertama mulai mendaratkan tanganku diarea memeknya. Tak ada reaksi. Aku mulai mencoba meraba memeknya dari luar gamisnya. Sedikit sedikit aku elus, meski terhalang gamis dan celana dalamnya aku cukup merasakan empuknya memek bibiku. Bibiku tak bereaksi, dan sepertinya sudah lelap. Aku mulai berani, menekan-nekan memek bibiku, mengelus, memegang. Ah sungguh aku tak tahan! Tangan kiriku aku masukkan ke celana pendekku, aku mulai mengocok tititku perlahan, seiring rabaan tangan kananku di memek bibi.

Tak berapa lama, aku kaget.. aku merasakan gamisnya naik keatas. Tanganku langsung diam, aku tak melakukan gerakan apapun. Aku sangat deg-degan takut sesuatu yang buruk terjadi. Tapi tak lama kemudian, tangan lembut bibi memegang tanganku, dan lalu mengarahkan tanganku ke memeknya yang kini hanya terhalang celana! Ohhh aku kaget! Aku lihat keatas, mata bibiku masih terpejam, sedikit senyum tersungging dan kulihat gamisnya sudah naik sampai pinggang. Namun tangannya aktif menekan tanganku di belahannya yang tertutup CD! Aku rasa ini lampu hijau untuku, ahh, aku tanggung nafsu! Aku mulai lebih aktif mengelus dan meraba memek bibi. Kini aku tak lagi tidur terlentang. Aku duduk dan memainkan memek bibiku meski CD nya belum dibuka. Memek bibiku sudah lembab, aku sangat antusias meraba dan mengelus memek bibi. Sesekali aku menekan memek bibi. Wajah bibi Cuma kelihatan meringis saat aku mengorek belahan memek bibi yang terhalang celana. Mata bibi cantikku ini masih terpejam.

Beberapa menit kemudian, bibiku melepas tanganku, lalu dia bergerak mengangkat pinggulnya dan melepaskan celana dalamnya. Matanya masih terpejam, dengan cepat dia membuka dan melempar celana dalamnya, dan membuka pahanya lebar. Ahh, betapa seksinya bibiku ini, memeknya, dengan jembut sedikit lebat, sungguh indah. Pahanya mulus, putih, kontras dengan area memeknya yang sedikit hitam karena bulu. Gamisnya hanya terbuka, hingga pinggang. Jilbabnya juga masih ia pakai, Cuma dari pusar kebawah saja sudah polos telanjang. Matanya masih terpejam, tak terbuka, Cuma bibirnya saja sedikit kelihatan tersenyum. Ah, berarti ini tidak apa-apa. Aku mulai nakal memainkan memeknya. Aku elus-elus, aku buka belahan memeknya. Aku elus itilnya yang memerah dan menonjol. Kulihat bibibiku mengigit bibir saat aku memainkan itilnya, meskipun matanya masih tetap terpejam. Aku beranikan untuk mengorek liang memeknya. Aku colok memeknya dengan jariku perlahan, “aaahh…” bibiku Cuma mendesah sambil terpejam. Aku mengorek-ngorek memek bibiku yang ternyata masih sempit dan sudah licin. “mmmmmhhhhhh..aaahhhh..shhhh..” bibiku Cuma mendesah keenakan.

Aku sudah tak tahan lagi. Tapi takut juga untuk ngentoti bibiku, meskipun ia sudah ngangkang didepanku, aku hanya ngorek memeknya saja. Bibiku Cuma mendesah menikmatinya. Namun tak lama kemudian. Tanganku ditarik bibiku, hingga aku menindihnya. Ia bergerak hingga posisi kontolku pas diatas memeknya. Masih juga ia terpejam. Ia memelukku. Aku tak bereaksi apapun, Cuma melihat wajahnya saja, meski kontolku udah ngaceng diatas memeknya dan terhalang celana pendekku saja. Lalu, ketika sudah memelukku, karena aku tak ada reaksi, kedua tangannya lalu menuju diatas pantatku. Ia menekan-nekan pantatku berisyarat untuk menyetubuhinya sekarang. Ahhh… aku lalu berbisik, “Bibi pengen di ewe (entot)?” bisikku diatas tubuhnya. Bibi Cuma mengangguk perlahan, dan tak juga membuka matanya. “Bibi nggak apa-apa, memek bibi aku ewe?” bisikku lagi meyakinkan. Ia hanya menggeleng-geleng lemah sambil terpejam. Ahh! Ini sudah disetujui berarti. Aku lalu melepaskan pelukannya, kulihat wajah bibiku tersenyum tanpa kata. Aku segera membuka baju dan celanaku, aku telanjang bulat. Kini aku berada di posisi ditengah-tengah selangkangannya, dengan kontolku yang sudah ngaceng dari tadi.

Aku lalu mencoba membuka gamis bibiku keatas, bibiku mencegah tanganku, dan menggelengkan kepala. Kukira dia hanya boleh menikmati memeknya saja. Tangannya lalu melepas tanganku yang hendak membuka gamisnya. Tangannya meraih kontolku, dan berusaha menarik menuju memeknya yang sekarang sudah mengkilat basah. Aku langsung bersiap menikmati memek bibiku, akal sehatku sudah sirna, pokoknya aku hanya ingin menikmati memek bibiku yang juga sudah sukarela diberikan padaku.

Aku mulai mendorong pantatku, meleset! Maklum baru pertama aku ngentot. Tangan bibi lalu membimbing kontolku masuk ke memeknya, dan blesshh…”Ahhh!” aku mendesah saat akhirnya kontolku masuk ke liang memek bibiku. Bibiku juga melenguh, “uuunnggghhh…” wajahnya seperti meringis menikmati tusukan kontolku di memeknya yang sudah lama tak dipakai. Lalu, wajahnya sambil masih terpejam terlihat tersenyum saat akhirnya semua kontolku melesak penuh ke memeknya. Memek bibiku ini ternyata masih mencengkram, tak ada rasa longgar, sedikit seret, namun lumayan licin. Kontolku serasa dijepit daging halus nan basah.

Tangan bibiku ia lingkarkan di leherku. Aku lalu memulai menikmati memek bibiku dengan genjotan pelan. “aahh..sshh ahhh…sshhh..mmhhh…” desahku dengan balasan “uuh..uuhhgghh,,mmhhh,,uuhh,,,” dari bibiku. Bibiku terlihat menikmatinya. “Ahh,,, sshh ahhhhhh,,,mmhh aahhh..ooohh..” bibiku mendesah mulai sedikit keras. Aku sangat menikmati rasa dan pemandangan ini, bibiku yang cantik sedang aku entoti sambil masih berjilbab dan mata terpejam, uuhh betapa nikmatnya. Memeknya pun tanpa cela, sangat nikmat nyaman di kontolku. Muka bibiku meringis pasrah aku nikmati. Sesekali ia mengelus wajahku saat aku sedang menggenjotinya. Ahhh..pengalaman pertama yang sangat nikmat, memek bibiku sendiri yang seksi ini.

Aku sungguh nafsu menikmati memeknya, aku coba mencium bibirnya, bibiku membalas dan memagut bibirku dengan juga sangat bernafsu. “ahh..biii…memeknya enak biii..aahhhh shshhhh ahhhhhh..bii..sayang ama bibii… uuuhhh..ahh ahhhhh…” aku mendesah-desah ditelinganya yang tertutup jilbab. Tangan bibiku memeluk dan memegang pantatku yang sedang naik turun. Sesekali ia menggelinjang dan memutar-mutar pinggulnya. Memeknya sunggu jadi nikmat, aku semakin bersemangat menikmati memek bibi. “Ahhh uuuhhh,,,shhhh ahhhhhhhhhh..aah ah hahhhhhhhhh…..” bibiku menggelinjang dan mendesah tertahan diakhiri dengan lenguhan panjang. “uuuhhhhh…sshh” ia menarik nafas, memeknya berkedut-kedut seperti meremas kontolku yang semangat semangatnya menggenjot. Aku percepat genjotannya, karena kurasa aku semakin tak tahan untuk memuntahkan sperma. Sebelumnya aku berbisik di telinga bibi, “Ahh..bi, keluarin di memek yah? Boleh yah? Ahh…” bibiku mengangguk kuat, tanda ia juga ingin spermaku muncrat di memeknya yang kehausan. “ahh aduh bibi aku keluar,,ahh ahhh aku keluar bii,,ahhhh sayaaaaannggg!” aku mendesah keras di telinganya. Ia pun juga mendesah lagi, “ahhhh,,ahhhhhh…haahhhhhhhh..uuuuuunnggggghhhh” dan crotttt..crooottt! begitu banyak spermaku muncrat di rahim bibiku.

Kami saling berpelukan. Aku lalu terkulai lemah disampingnya. Bibiku Cuma tersenyum disela nafasnya yang ngos-ngosan. Aku lalu mencium pipinya, dan berbisik “Bi, gimana kalau hamil? Adi crot di memeknya bibi..”kataku. Lalu dia untuk pertama kalinya, berbisik padaku : “Bibi udah steril, jadi aman..mmhh” lalu bibiku mencium keningku. Aku terkulai disampingnya. Merasakan sisa-sisa orgasme dan mencoba mencerna apa yang terjadi tadi. Tak lama, bibiku menarik kepalaku, dan mengeluarkan susunya, mengisyaratkan aku untuk nyusu. Akupun mengikuti keinginan bibiku, aku kenyot susunya dan kujilat-jilat putingnya. Tanganku juga dibimbing untuk ngorekkin memeknya yang sangat becek. Kamipun tertidur, dengan posisi bibirku di putingnya, tanganku di memeknya.

Jam 3 subuh, aku terbangun, aku nafsu liat bibiku terlentang telanjang. Aku tak membangunkan bibiku, aku menjilati memeknya. Dan aku ulangi kejadian semalam. Aku entoti memeknya lagi. Nikmat sekali, aku crot terus di memek bibi.

Siang aku terbangun, bibiku sudah menyiapkan makanan untukku. Aku masih telanjang. Selama aku bersamanya, aku terus menikmati tubuhnya. Kadang aku entot sambil berdiri, dengan menaikkan gamisnya saja sebelum berangkat wisata di hari kedua. Lalu aku iseng ngorek memeknya saat di tempat sepi. Dan Ketika balik ke kosan, bibiku mengajak untuk memasukkan kontolku ke memeknya lagi. Sampai akhirnya bibiku pulang, diakhiri dengan kecupan nikmat di bibirku. Kurasa ini permulaan, bibiku nantinya ketagihan. Dan benar saja, setelah kejadian itu kami sering saling mengirim gambar, aku suka minta dia mengirim gambar memeknya.

Setelah kejadian aku bersenggama dengan bibiku, komunikasiku dengannya jadi semakin intens. Kami jadi sering chatsex dan phonesex selama kami dipisahkan jarak. Aku terkadang berfikir, salahkah aku seperti ini? Ah, tapi bibiku juga keliatan tak mempermasalahkan, malah dia yang sering ngajak aku untuk chatsex. “Di, memek bibi gatel, temenin ngelus ya ntar malem kalo ga sibuk?” dia chat seperti itu kalo lagi pengen.

Aku tak pernah tolak dia, aku pun suka. Atau terkadang aku yang minta jatah sama dia meski Cuma lewat hp, “Bi, ke kamar dulu yuk, adi pengen ngeluarin sperma..” chatku, kalau dia lagi didapur, “bntar ya bibi lagi masak, jangan dikeluarin dulu, memek bibi juga udah kangen dielus..”. Kami semakin vulgar saja dalam berkomunikasi. Saling menginginkan. Tapi lama-lama akupun ingin merasakan nikmatnya jepitan memek bibiku yang asli.

“Bi, pengen ngentotin bibi nih,, kesini dong..kontol adi kering nih pengen dilendirin memek..” kataku lewat chat. “Ah, susah kalo bibi kesana, sering kesana ntar mama kamu curiga, kamu aja yang kesini, memek bibi udah lama ga dipake ntar keburu kadaluarsa loh..” katanya. “Ya udah, minggu ini kesana ya, tapi si Fini ada di rumah? (fini anaknya) ntar ga puas ngentotin bibinya kalo ada si Fini..” kataku. “Ih kebetulan dia mau camping dari sekolahnya minggu ini, adi bisa bebas ngentotin bibi, mau ditunggingin mau di colok sambil berdiri juga bebas..” jawab dia. “Bi, kirimin foto memek, kangen nih Adi,” pintaku. Bibiku tak susah kalau diminta mengirimkan foto memeknya, dia langsung mengiyakan, “bentar bibi fotoin dulu, nih..”:

Setelah mengirim memek, kami lalu chat sex sampe malam. “Yakin nih, aku jadi suami? Hihi..” aku mencandainya karena selama chatsex, dia selalu memanggilku dengan “suamiku”. “Yah, toh ntar juga kamu pake memek bibi kan, apa bedanya..” katanya. “Hihi, iya deh, istriku, bulu memeknya cukur yah, udah panjang, biar ntar suamimu ini pengen make, memeknya udah kaya memek abg yah.. mmuah” kataku pada bibi. “Iya siap suamiku, ntar bibi botakin memeknya, biar enak makenya..” kata dia. “hihi,, makasih sayang, udah ga sabar deh pengen nafkahin memek bibi,” godaku. “iya bibi juga, kalau lagi pulang pokoknya harus rutin pake memek bibi yah, manfaatin waktu, kamu harus fit, biar kangennya keobatin,” katanya. Kamipun mengakhiri percakapan mesum kami.

“Segini cukup kan cukurnya?” chatnya. “Iya cukup bi, duh indah banget memek bibi..pasti enak deh..jadi pengen cepet kesana..” jawabku. “Ya, makanya sini, pake ni liang bibi..abis cukuran makin gatel tau suamikuu…” jawabnya. Kamipun sayang-sayangan, dan lalu dia harus pergi ke undangan. Singkat cerita, hari Jum’at pun tiba, aku sudah memesan tiket pulang. Selesai beres kuliah, akupun berangkat ke kota kelahiranku, untuk tujuan menikmati hari-hari bersama bibi. Sudah kupersiapkan apa yang akan kami lakukan selama hari-hari bersama. Ah, aku merasa seperti pengantin baru, ada perempuan yang bisa dengan bebas aku nikmati. Daripada dengan pacar, aku gak bisa bebas dan akan waswas kalau hamil. Dengan bibiku, aku tak perlu khawatir mengeluarkan spermaku dimana saja, berliter-liter aku tumpah di memeknya pun gak masalah.

Cerita Lainnya:  Pengalaman Seksku Dengan Wanita Seksi Thailand

Akhirnya akupun sampai di kota kelahiranku. Aku ke rumahku terlebih dahulu, beristirahat. Sorenya, aku bersiap menuju rumah bibiku untuk menuntaskan nafsu birahiku. Sengaja aku tak bilang dulu padanya, biar surprise. Chat bibikupun aku tak balas. Aku pamit pada orang tua, untuk menginap di rumah temanku. Dengan memakai motor, aku memacu berangkat ke rumah bibi yang tidak terlalu jauh. Sepanjang jalan, aku membayangkan bersenggama dengan bibi, hal itu cukup membuat kontolku menjadi keras sepanjang jalan. Sebelum sampai ke rumahya, sengaja aku membuka kancing celanaku dan resleting, tak lupa aku pelorotkan celana dalamku sehingga kontolku lolos.

Saat aku sampai di depan rumahnya, aku memijit bel. “Ting noong..”, tak lama pintu terbuka, dan astaga, bibiku keluar dengan dandanan yang begitu anggun dan cantik sekali. “Ehhh.. Adi, udah nyampe lagi, gak bilang-bilang nih..” katanya menyambutku. Sungguh cantiknya bibiku malam ini, ia memakai gamis blus warna abu, dengan kerudung santai warna pink muda. Ia berdiri didepan pintu tersenyum menyambut kedatanganku yang sedang bernafsu. Aku hanya melongo melihat sosok cantik paruh baya ini didepanku, tak kelihatan seperti paruh baya, yang kulihat seperti perempuan seumuran yang tengah mekar-mekarnya. Tak, banyak bicara aku langsung menubruknya kedalam, memeluknya, menutup pintu dan dibalik pintu itu juga aku langsung menyerang mencium bibirnya, dan mengangkat gamisnya dengan tanganku yang langsung mendarat di memeknya.

“Eummhh..aduh..aduh…mmmhh..mmuuahhmmmuuaahhh…mmmmhhh…” bibiku hanya pasrah saja aku ciumi bibirnya dan kukorek memeknya. “mmmuah, kangen banget sama istriku ini.. hhi.. bibi udah ga pake cangcut? (celana dalam)” tanyaku menghentikan ciumanku. “Dihh.. mentang-mentang anak muda, nafsu banget sih.. sabar dong suamikuuuu…hhi.. nggak usah pake cangcut atuh, ntar juga dipelorotin kamu juga kan..ngapain dipake..mmuuah..” dia lalu menciumku, dan mengunci pintu. Ketika bibi nungging mengunci pintu, aku lalu mengangkat gamisnya lagi, dan dengan tak sabar aku memasukkan kontolku ke liang memeknya. “Adu duh..ahhhhh..aduhh.. sabar sayang.. ngentotnya nanti dulu.. kita makan dulu.. duh aduh.. suka banget sih sama memek bibi.. cabut dulu yah, kita makan..uhh…udah makan mah bebas ngentotinnya..” plak..dia menepuk pantatku yang sedang menggenjotnya. “Hihi..duh angetnya memek bibi..ga sabar adi.. hihi ya udah yuk bibi jalan, kontolnya ga usah dicabut,” kataku sambil tak melepas kontolku di memek bibi.

“Ih, aduh cabut dulu kontolnya.. susah nih jalannya..” kata bibiku yang berjalan menuju ruang makan sambil kontolku nancep di memeknya. “Hihi.. ya terserah adi dong, adi kan suami bibi.. bebas mau make memek bibi kapanpun..” ucapku sambil meremas susunya. “Huh dasar, iya deh suamiku, huh nasib punya suami baru anak muda..pengennya ngentotin aja terus..” katanya bersungut-sungut lucu. “Hihi, iya deh..” akupun mencabut kontolku dari memek bibi. Sambil berjalan ke ruang makan, aku melucuti semua pakaianku sampai telanjang. Bibiku juga bergerak hendak membuka bajunya, namun segera saja aku cegah. “Jangan ah bi, ga usah dibuka, bibi cantik banget pake jilbab sama gamis ini, bikin nafsu..” kataku sambil mencegahnya. “Oh ya udah, ntar telanjangin sama kamu aja ya, yu ah makan dulu, bibi udah masak gule kambing nih.. suka gak?” katanya. “oh suka banget, asik aku mau ah..” aku lalu mengambil piring dan menyiduk gulai kambing. “Makan yang banyak ya suamiku, mmuah” katanya ditelingaku. “hihi..sengaja ya disuguhin kambing, biar ga berhenti ngewe?” kataku sambil mengelus memeknya. “Hihi.. iya dong, masa lama ga ketemu, ngewenya Cuma sekali.. udah makan dulu sana, bibi udah makan tadi, bibi mau beresin kamar dulu buat kita ewean.. bibi tunggu dikamar ya..” lalu bibi pergi meninggalkanku menuju kamar bercinta. “Bi, ga usah telanjang yah, pake baju aja..” teriakku.

Aku hanya tertawa. Lahap aku makan, karena aku juga suka gule, ditambah motivasi agar aku kuat menikmati tubuh bibi. Selesai makan aku langsung memeriksa semua kunci rumah menguncinya, mematikan lampu-lampu agar tak ada yang mengganggu. Akupun lalu menuju kamar pertempuran. Bibiku sudah siap tiduran diatas kasur yang rapi, tersenyum padaku dengan senyuman manisnya, “mau ngewe sekarang?” ucapnya padaku. Bibi tak melepaskan gamis maupun jilbabnya sesuai dengan permintaanku. “Istriku siap buat ronde pertama nih?” tanyaku menghampirinya dan menciumnya dengan mesra. “Terserah kamu sayang, aku siap dinikmati..” kata bibiku pasrah. Segera akupun menciumnya lagi dengan mesra.

Tanganku menggerayangi susunya, kuremas-remas pelan susunya yang kurasa masih cukup kencang. Kami saling memagut dengan mesra dan santai, seperti suami istri yang saling mencintai. Matanya merem menikmati pagutanku dan remasan-remasan lembut di susunya. Nafasnya mulai memburu, “huuuhhh mmmhhh,,,aah,,mmhh” bibiku hanya mendesah menikmati ciuman mesraku dan remasan di susunya. Kunaikan ujung gamisnya hingga pinggang perlahan, sambil ku usap pahanya. Kami berciuman dengan nikmatnya, “mmuahh..mmhhh mmmhh..sayang..mmhh mmmuahh..” kami terus saling memagut. Tanganku mulai nakal mengorek-ngorek memeknya, kaki bibi melebar mengangkang seolah mempersilahkanku dengan bebas memainkan memeknya. Kami berdua sangat bernafsu, memek bibi sudah sangat basah, kontolku pun semakin keras mengacung. Tapi kami terus saling mengeksplorasi kenikmatan. “Ahhh,, suamiku,, mmmuuahh,,,ahhh,,,memek aku udah gatel..mmhhh mmmuuahh,,,ngewe yu sayang,,,” katanya lembut padaku yang masih terus menciuminya.

Aku menghiraukan ajakannya bersenggama. Aku masih menikmati bibir dan mengorek memeknya. Akupun segera menuju memeknya, dan lalu perlahan menjilatinya. “ahhh…aauuuuuhhhhhhhhh…aduuuh enakkk aaahhhhh…iyah di disana sayang ahhh,,,agak ke atas,, di itilnya lagi..” bibi terus mendesah dan kadang berteriak dikala memeknya sedang kujilat. “ahh..pinter banget sih,,aduuhh aahhh,,geliiii…ahhh enaaakkk..uuuhhhh…suamikuuuuuu auuuhhh,,,” aku semakin menggila menjilati memeknya. Aku terus menjilati belahan, liang, itil dan tak lupa lidahku aku masukkan ke memek. “Anggghhhhh…sayaaanggg…aduh mau keluarrh sayang aduuuhh..cepetin..aduh iyah gitu..ahhh ahhh ahhhhh….mau keluarrrhhhhhh… aaahhhhhh…” dan akhirnya muncratlah cairan di memek bibi membasahi wajahku. Dia squirt, muncrat banyak sampai mancur kemana-mana. “aduh.. aduhhhh.. jago banget nih ah suami baru, bisa betah ngeranjang terus nih kalo gini.. ahhh lemes.. sini yang, kontolna mau di emut dulu?” katanya dengan muka lemas menawarkan sepongan. “Hehe, ga usah sayang.. ntar disepong pake memek aja.. hebat kan suami kamu sayang?” aku menempatkan diri diantara kedua pahanya.

“Duh, mau langsung ngewe? Elap dulu atuh memek bibinya, bisi becek.. ntar ga enak ngewenya..” kata bibi sambil mencari kaos untuk mengelap memek. Bibiku lalu mengelap memeknya yang basah, “Udah, sok pake memeknya, bibi mah udah lemes duluan, ngentotinya pelan aja yah..” kata dia pasrah. “hhi, siap istriku sayang.. kita bikin bayi yah.. uughh aduh memeknya enak banget sih,,,uuhh” aku perlahan memasukkan kontolku ke memek bibi yang licin dan masih mencengkram. “Awhhh..ahhh..duh enak ahhhh..haahh..” bibiku hanya bisa mendesah pelan menikmati colokannku yang pelan-pelan. “Aahhh..anget memek bibi..ahhh istrikuu,,sayannnggg ahhh…aghhh…” aku hanya bisa mendongak keatas menikmati memek bibi yang sangat nikmat. Cengkraman licinnya serasa hangat dan lembut, memek ini sempurna, betapa beruntungya aku bisa menikmatinya. “Angghhh..sayang, lalaunan ngewena, masih leuleus (pelan-pelan ngentotinnya, masih lemes)” bibiku mendesah lemah saat aku mulai mempercepat ayunan pantatku mengentotinya.

“Bi, empotin coba memeknya..pengen ngerasain empotan memek bibi…” kataku sambil ngentot. “bentar, mmhh..nih…eughhh eughhh… aahhh ahhhhhhhh…sayaaangg ahh..” ia mengempot-empotkan memeknya yang sedang aku colokin. “Oooohh aduh nikmat banget sih empotan istriku, aaduuuhhh ahhhhh,,,aahh jadi semangat ahhh ahhhhhhhhhhhh…” aku menggenjotnya dengan cepat seiring dengan empotan-empotannya yang juga cepat. Kontolku terasa dicengkram-cengkram daging lembut nan hangat. “Ahh…suamiku kuat banget sih ahhh ahhh aduuhhh,,ahhh..ahh ayo keluarin ahh lemesss…ahhh ahhhh enaaakk pisaaann ahhh..” dia hanya meracau dan memohon-mohon untuk aku mengecrotkan maniku di memeknya. 15 menit berlalu, kami bergumul dengan nikmatnya. Persenggamaan yang sangat mengesankan ini membuatku seperti melayang diawan.

“Ahhh..bi,,,aku mau keluar sayang… keluarin yah,,ahh ahh..aduh memek ah enakk ahh…memeekk..ahhh istrikuuuu aaaahhhhhh aduuuuhhh…” aku menggenjot memeknya dengan cepat sembari memeluk bibiku erat. Tak banyak gaya yang kulakukan, ronde pertama ini aku ingin menggagahinya dari atas. “Aduh..iya sayang ayo keluarin di memek bibi..aduhh ahh ahhh bibi juga pengen mancrut lagi sayang..auuuhhh…auuuuhhhhhhh aahhhhhhhhhhhhhhhh….” dan “ahh,,bibii istrikuuuuuuu…argggghhhhhhhh…” aku menusukkan kontolku sangat dalam dan keras ke memek bibi dan aku muncratkan seluruh spermaku di memek bibi. Kamipun terkulai lemas saling berpelukan. “hahhh..hahh..hahhh..” kami ngos ngosan. Baju dan jilbab bibi udah awut-awutan, tak terkecuali sprei dan kasur yang tadi rapi..

Kamipun berbaring bersama. Bibi memelukku dari samping, memandangiku. “hihi.. suami baru ini kuat banget sih ngewenya..hhi..ampe lemes nih istrinya..” kata bibi menggodaku dan menyentuh hidungku. “Hihi iya dong, abis istrinya udah cantik, memeknya masih enak lagi..” candaku. “Memek bibi masih enak gitu? Padahal bibi ngerasanya memek bibi udah longgar loh..” katanya sambil manyun. “Enggak kok bi, memek bibi enak…gres.. pas kontol aku masuk masih nyengkram hangat..” kataku sambil menciumnya. “Iya gitu di? Syukurlah kalau suami suka.. biar gak bosen make.. lagian gak khawatir sih, ini suaminya suka banget memek..” ujarnya. “Hihi, iya dong, mana tahan aku kalo dikasih memek bibi.. bi, pernah di anal gak?” tanyaku mencoba ingin tahu. “anal teh apa?” katanya polos. “Ini bi, kontolnya dimasukin liang pantat,” kataku. “Ih, jangan ah.. bibi belum pernah, paman juga dulu ga pernah colok pantat, selalu ke memek.. memek aja ya suamiku..mmuah..” katanya sambil menciumku. “Hihi..iya deh, bi enak mana ngewe sama paman dulu apa enakan sama aku?” tanyaku. “mmmh..kalo dibandingin sih enakan sama kamu, almarhum kalo ngewe langsung ga pake jilat-jilat dulu..” katanya.

Aku segera menciumnya dan lalu melucuti pakaiannya. “Bi, pengen nyusu,” pintaku manja. “Iya sayang, nih, kenyotin, adu duh..pelan suamikuu..ah..ah..” ia mendesah begitu aku mengenyoti susunya. “Bi.. bibi ga boleh nyari pacar ya.. kalo pengen ngewe, panggil aku aja.. memeknya jangan dikasih sama yang lain..” kataku sambil mengenyoti susunya. “Hihi..ahh..iya atuh..bibi mah ga akan sama aww..yang lain.. bibi udah tua, udah gak jaman cari pacar, udah ada yang mau make memek bibi juga udah untung…awhh..” bibi mengusap kepalaku. “Tapi, kalo kamu pengen pacaran, pacaran aja yah..gapapa kok bibi.. asal jangan sampe ewean yah..bahaya.. kalo pengen ngewe mah sama bibi aja..” ucapnya lembut menasihatiku yang sedang ngenyot puting dan ngorek memeknya.

“iya bi.. bi ngewe lagi yuk..” ajakku sambil mengangkangkan kakinya. “Iya suamiku, kan dari tadi juga memeknya udah didepan mata, tinggal make aja sayang.. mmuah…” kami lalu berciuman dan bergumul menikmati indahnya malam berdua.

Hampir enam kali aku menikmati memek bibi dengan berbagai macam gaya. Aku tak bosan mengeksplorasi, dan bibi pun pasrah menerima seranganku. Persenggamaan berakhir pukul 3 pagi. Kami berdua tidur telanjang berdua sampai pagi. Indahnyaaaaaaaaa..

(Visited 1,617 times, 1 visits today)
Categories